Ada sebuah kisah menarik tentang sepasang suami-istri yang sedang naik haji. Kisah ini disadur dari sebuah kisah Hilton Tower yang ditulis oleh Ahmad Yasin Ibrahim.
Saat itu Tahun 2001, Candra (bukan nama sebenarnya) menemani suaminya, seorang perwira tinggi TNI, pergi berhaji dengan fasilitas ONH Plus. Pada pukul 02.00 dini hari, mereka tiba di sebuah hotel terkenal, yaitu Hotel Hilton, Mekkah. Setelah dikumpulkan panitia di lobi hotel, mereka berdua pun ditempatkan di lantai 14 tower 3.
Setibanya di kamar, Candra dan suaminya menyadari bahwa mereka tidak ditempatkan di Hotel Hilton, melainkan Hilton Tower. Itu pun setelah mereka membaca-baca brosur yang terdapat di dalam kamar.
Merasa dipermainkan, suami Candra yang seorang jendral aktif itu pun langsung naik pitam. Meski sudah lewat tengah malam, ia tetap menelpon kamar panitia untuk menyampaikan komplainnya.
Tak lama kemudian seorang panitia datang. Begitu tiba di kamar, suami Candra langsung membentaknya sebagaimana seorang komandan memarahi prajuritnya. Dengan suara lantang suami Candra berkata, “Hey, kenapa saya ditempatkan di kamar seperti ini? Saya ingin segera dipindahkan ke Hotel Hilton yang lebih layak. Ini sih bukan kamar untuk manusia. Ini lebih layak disebut sebagai kandang anjing!”
Mendengar hal itu, Candra beristighfar dalam hati. Ia menyanyangkan sikap suaminya yang telah melontarkan kata-kata kasar. Jika di tanah air hal itu sudah biasa di lingkungannua, tetapi kali ini mereka berada di tanah suci. Tak pantas kiranya berkata-kata kasar seperti itu.
Sang panitia pun hanya bisa mengangguk-angguk selama diceramahi suaminya. Dia berjanji akan memberikan kamar yang tepat untuk Candra dan suaminya. Kejadian itu pun usai dan mereka berdua beranjak tidur karena kelelahan.
Tidak berama lama setelah Candra dan suami berbaring, terdengar suara pintu kamar diketuk berulang kali. Candra pun membangunkan suaminya. Mengetahui hal tersebut, sang suami langsung gusar. Dalam pikiran Candra, orang yang mengetuk pintu itu sepertinya bakal kena tempeleng suaminya.
Bagitu pintu terbuka, tampak seorang room boy berdiri di muka pintu. Dari penampilannya terlihat bahwa ia orang Indonesia. Itu diketahuinya kemudian setelah mendengar sang room boy menggunakan bahasa Indonesia yang fasih.
Anehnya suami candra seolah diam terpaku di depan pintu. Sesaat kemudian room boy itu melewati pintu dan berteriak lantang kepada suaminya. “Kalau kamu tidak mau tinggal di kamar ini, keluar saja dari Kota Mekkah! Kami tidak mau menerima anjing najis seperti kamu!”
Deg! Suami Candra yang semula tampak gagah itu langsung berangsur surut. Dia diam terpaku dan tak bergerak sedikitpun. Menyaksikan hal itu, Candra hanya bisa terduduk di kursi. Petugas room boy itu pun keluar dari kamar dan menutup pintu, meninggalkan sepasang suami-istri yang shock itu dalam keheningan.
Beberapa saat kemudian, mereka pun seolah baru tersadar dari keterkejutannya.
“Pa, makanya hati-hati kalau bicara. Ini kan kota suci dan dekat rumah Allah.”
Mendengar komentar istrinya, suami Candra kembali naik pitam. “Aku nggak terima diperlakukan kasar seperti itu. Aku ini customer. Seharusnya kita dilayani dan dihormati. Besok pagi aku akan ke kantor manajemen hotel dan aku mau komplain!”
Keesokan harinya, setelah sarapan pagi, Candra dan suaminya datang ke manajemen hotel dengan ditemani seorang panitia dari travel. Mereka menyampaikan komplain akibat kejadian tadi malam dan berharap agar room boy tersebut dari pelajaran.
Setelah mendengarkan komplain kami dengan seksama, manajer hotel menyatakan permohonan maaf dan menanyakan ciri-ciri room boy yang dimaksud untuk memperbaiki sikap yang bersangkutan. Candra dan suaminya pun membeberkan ciri-cirinya, termasuk kewarganegaraannya, yaitu Indonesia.
Mendengar hal tersebut, sang manajer tampak bepikir keras dan mengingat-ingat sesuatu. Dahinya berkerenyit dan ia mengatakan bahwa tidak ada satu pun orang Indonesia yang dipekerjakan menjadi room boy di hotelnya.
Candra dan suaminya tidak langsung percaya. Supervisor pun dipanggil untuk memperlihatkan daftar list room boy yang bertugas tadi malam. Bahkan menghadirkan semua room boy tersebut ke depan mereka. Anehnya, tidak ada satu pun yang berkebangsaan Indonesia. Apalagi seperti ciri-ciri yang telah mereka sebutkan.
Menyadari kekeliruannya, Candra dan suami merasa malu dan beringsut sambil meminta maaf. Sementara itu sang manajer hotel terlihat menyunggingkan senyum. Sambil berjalan di lorong hotel mereka berpikir, “Jadi siapa ya, room boy itu? Jangan-jangan malaikat yang dikirim Allah untuk memberi mereka pelajaran.”
“Musim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik, dan berbantah-banyahan di dalam masa mengerjakan haji.” (TQS. Al-Baqarah[2]: 197)-(RA)
Judul: Naik Haji? Awas, Jangan Rafats
Rating: 10 out of 10 based on 24 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh Unknown
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda...
Rating: 10 out of 10 based on 24 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh Unknown
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda...
0 comments... Baca dulu, baru komentar
Post a Comment