Naik Haji karena Berdoa

Posted by Unknown on Wednesday, April 11, 2012

“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku [berdoa kepada-Ku] akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (QS. Al-Mu’min: 60)

“Ya, Allah...Kapan aku mengangkat koperku sendiri?”

Itulah permintaan Ujang, seorang kuli panggul di Bandara Soekarno-Hatta saat mengangkat koper-koper jamaah saat naik haji.

Kala itu Bulan Muharram 1424 H. Tepat pada saat para jamaah haji kembali pulang ke tanah air. Sebagai seorang porter (tukang angkut), mengangkat koper adalah pekerjaan sehari-harinya. Namun kali ini, koper yang diangkat bukan sembarang koper. Namun koper milik jamaah haji yang baru saja dibongkar dari pesawat Saudi Airlines.

Setiap kali mengangkat satu koper, Ujang membaca basmallah dan bershalawat kepada Nabi saw. Sudah berpuluh koper diangkatnya, hingga saat memegang gagang sebuah koper terbetik keinginan dan pengaduannya yang kuat di dalam hati, “Ya, Allah, kapan aku mengangkat koperku sendiri seperti ini?”

***

Hari pun berganti. Minggu berganti minggu, bulan berganti bulan. Tepat empat bulan kemudian, terdapat pengumuman pemberian bonus dari perusahaan tempatnya bekerja. Subhanallah...nama Ujang tercantum di antara 17 karyawan yang akan diberangkatkan perusahaan ke tanah suci atas biaya perusahaan. Ujang pun bersujud syukur menyambut berita gembira itu.

Namun, setelah berita gembira itu datang, Ujang tertegun. “Bagaimana dengan Iis, istriku, jika tahu aku hanya berangkat seorang diri tanpa bersamanya?” pikirnya. Memang, selama ini sepasang suami-istri itu selalu berdoa bersama agar diperkenankan berangkat naik haji bersama-sama.

Di sepanjang jalan, Ujang merancang kata-kata yang tepat untuk menyampaikan berita itu. Jangan sampai berita gembira itu justru akan membuat istrinya bersedih. “Semoga tidak ada salah kata yang bisa melukai hati istriku,” harapnya.

Sesampainya di rumah, Ujang segera menemui istrinya. Dengan harap-harap cemas, ia pun menyampaikan kabar kejutan yang diterimanya dari kantor.

“Is, sebelumnya...Akang mau minta maaf sama kamu,” ujar Ujang.

“Emangnya ada apa, Kang?” tanya Iis.

“Akang dapat berita gembira, tapi khawatir kamu malah jadi sedih. Janji ya? Jangan marah, apalagi sedih,” ungkap Ujang hati-hati.

Iis terdiam sambil memandang suaminya dengan wajah bertanya-tanya. Penasaran...

“Begini Is. Akang tadi dapat berita kejutan dari kantor. Katanya Akang akan diberangkatkan naik haji, dibayarin kantor,” lanjut Ujang.

“Alhamdulillah!” seru Iis kegirangan. Segera dipeluknya sang suami dengan erat, “Selamat ya Kang...Kirain berita sedih.”

“Iya Is, memang berita gembira. Tapi Akang takut kamu sedih. Akang nggak bisa ikut bayarin Iis naik haji. Tau sendiri, kan, Akang cuma pegawai kecil. Kalau saja duitnya ada, Akang ingin kita bisa naik haji sama-sama,” ujar Ujang.

Iis memahami kegundahan hati Ujang. Sambil tersenyum ia berujar, “Ya udah, nggak usah dipikirin, Kang. Iis ikhlas kok melepas Akang naik haji. Tapi jangan lupa, doain Iis biar cepat nyusul Akang naik haji.”

Alhamdulillah...Hati Ujang menjadi gembira dan damai rasanya. Apa yang ia khawatirkan rupanya tidak terjadi. “Terima kasih, Ya Allah...”

***

Saat keberangkatan Ujang naik haji ke Tanah Suci pun tiba. Banyak para tetangga yang ikut mengantarkan. Sebagaimana lazimnya kebiasaan di kampung, Ujang diantar dilepas dengan azan dan iqamat. Saat shalawat dustur dikumandangkan, banyak orang yang meneteskan air mata, tak terkecuali Ujang. Dipeluknya satu persatu kerabat, tetangga, dan orang yang dikenalnya sambil meminta restu.

Hingga tiba giliran Iis mencium punggung tangan Ujang. Air mata mata keduanya deras mengalir saat berpelukan sebagai tanda perpisahan sementara.

“Kang Ujang, jangan lupa doain Iis di Baitullah, ya. Panggil-panggil nama Iis, insya Allah Iis dan anak-anak ikhlas melepas Akang. Semoga kami semua bisa nyusul berangkat haji dengan doa Kang Ujang,” ujar Iis.

***

Empat puluh dua hari lamanya Ujang menuntaskan hajinya di Mekkah dan Madinah. Kini, ia sudah kembali ke tanah air dan bekerja kembali seperti semula. Meski masih berkutat dengan pekerjaan lamanya, ia kini sudah mendapat gelar Pak haji dari orang-orang yang dikenalnya.

Suatu hari, tanpa sengaja, Iis mengutarakan keinginannya untuk naik haji kepada Ujang. Dengan nada sedih, diungkapkannya kegundahan hatinya yang sudah begitu rindu ingi berkunjung ke Baitullah. Mendengar itu, Ujang pun turut merasakan kerinduan hati Iis. Dengan lembut dihiburnya hati sang istri.

“Is, kamu berhak naik haji seperti halnya orang lain. Tapi, Akang belum punya uang untuk memberangkatkan kamu, Is. Cuma Allah satu-satunya harapan kita. Yuk, sama-sama kita nanti shalat tahajud dan meminta kepada Allah. Jangankan naik haji, minta lebih dari itu pun Dia Maka Kuasa untuk mengabulkan,” ajak Ujang. Iis pun menurut.

Setiap hari mereka berdoa tanpa lelah, terutama Iis. Jika Ujang sedang kecapekan dan tidak bisa bangun malam untuk tahajud, Iis shalat sendiri. Hingga suatu malam, antara tidur dan terjaga, Ujang mendengar Iis berdoa dengan derai air mata. Memohon dengan sangat kasih sayan Allah swt. Dalam hati, Ujang ikut mengaminkan doa istrinya.

***

Hingga suatu pagi, sebuah telepon datang pada saat Ujang hendak berangkat kerja. Ternyata, telepon itu dari kak iparnya yang mencari Iis, istrinya. Diserahkannya gagang telepon pada Iis. Dari jauh, Ujang mengamati istrinya yang tampat terkejut dan tak banyak bicara. Selesai menutup telepon, Iis menangis.

Perasaan Ujang jadi tidak enak. “Jangan-jangan ada yang meninggal,” pikirnya. Didekatilah istrinya dan dirangkulnya.

“Ada apa, Is,” tanya Ujang.

Sambil sesengukan, Iis mengatakan bahwa baru saja kakaknya telepon untuk meminta Isis menemaninya naik haji. Karena suami kaknya tidak bisa menemani, Iis pun diajak naik haji atas biaya kakaknya.

“Alhamdulillah ya Allah..begitu pemurahnya Engkau...”

Mereka pun tersungkur..bersimpuh sujud, syukur atas nikmat yang diberikan Allah swt kwpada mereka. (RA)

*Cerita ini diadaptasikan dari kisah naik haji yang ditulis oleh A. Y. Ibrahim dalam buku 11 Langkah Menuju Kemabruran
Judul: Naik Haji karena Berdoa
Rating: 10 out of 10 based on 24 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh Unknown

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda...
Posted by: Cheria Wisata

2 comments:

  1. Biaya Naik Haji 2014 antara regular dan haji plus

    Antara haji program regular dan haji plus tentu terdapat perbedaan, baik dalam biaya maupun alam pelayanan. Namun berapakah biaya Naik Haji 2014 baik regular maupun haji plus ? Tentu saja hal tersebut selalu menjadi pertanyaan yang sering diajukan oleh setiap calon jamaah haji ditahun ini !

    Bila mejawab dengan angka pasti tentu akan terasa sulit, namun sebagai perkiraan maka biaya Haji Plus untuk tahun 2013, 2014 , 2015 , 2016 berada pada kisaran harga USD 8000.

    Sementara untuk biaya haji regular jika mengalami kenaikan harga, jumlah kenaikan harga tentu tidak akan melampaui angka 10 % dari biaya tahun 2013. Jadi biaya naik haji 2014 untuk haji regular berkisar sekitar Rp. 37 Juta.

    Bila kita mendaftar haji regular saat ini maka kemungkinan kita akan berangkat 8 – 12 tahun akan datang. Sementara ONH biasanya akan selalu naik setiap tahunnya sekitar 7 % – 10 %. Jadi tidak ada salahnya kita mempersiapkan diri kita melalui program Haji Plus, pertama tentu karena daftar tunggunya tidak terlalu lama yaitu berkisar 1 – 2 tahun, selain itu fasilitas yang diberikan juga lebih baik dan bila kita hitung dimana kita harus menunggu 8 – 12 tahun dengan Haji Reguler setelah mendaftar dan membayar setoran awal, maka biaya yang akan kita keluarkan juga tidak jauh berbeda namun fasilitas yang kita terima akan sangat berbeda.

    ReplyDelete
  2. iya betul sekalo mari kita perbanyak doa dan juga usaha untuk dapat naik haji, aamiin.


    salam cheria travel

    ReplyDelete

Travel Tour Wisata Muslim Umroh Haji ONH Plus Cheria