Umrah plus Turki - Hagia Sophia semula adalah gereja katedral yang pertama kali dibangun di dunia. Dalam bahasa latin, gereja ini disebut Sancta Sophia atau Sancta Sapientia. Gereja katedral itu sendiri merupakan gereja katedral keempat terbesar di dunia, selain St. Peters di Roma, Katedral Doumo di Milan, dan Katedral Paulus di London.
Bangunan berukuran 70,3 x 69,5 meter ini termasuk bangunan unik. Bangunan yang kini menjadi museum ini memiliki kubah utama dan dua kubah lain yang berukuran separuh dari kubah utama. Diameter kubah utama antara 31,2 meter dan 30,9 meter. Sementara tinggi kubah utamanya 55 meter dari lantai. Selain itu, museum yang setiap senin ditutup ini memiliki 40 jendela dan lebih dari 20 tiang penyangga. Adapun di luar gedung, museum itu memiliki empat menara tambahan yang ujungnya berbentuk kerucut.
Di ruang utama Hagia Sophia terdapat mimbar tempat khatib berkhutbah. Letak mimbar ini di ujung depan sebelah kanan. Tidak jauh dari situ terdapat bekas mihrab. Dinding mihrab dihiasi kaligrafi, sedangkan di samping kiri ada ruangan shalat khusus sultan.
Sebagian dinding dan lantai bangunan ini berlapis marmer dan batu pualam. Dinding bagian atas dihiasi ornamen, mosaik dan relief bernapaskan agama. Pada atap dalam kubah utama terdapat kaligrafi Al-Qur’an karya Kazaker Izzed Effendi (1216-1294 H/1801-1877 M). Di bagian kubah lain terdapat relief khas peninggalan Dinasti Utsmaniyyah. Pada pojok dinding bagian atas tertempel piringan bertuliskan (dalam bentuk kaligrafi) Allah Swt dan Muhammad Saw. Sementara di pojok lainnya bertuliskan nama para sahabat Nabi Saw, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar ibn Al-Khattab, Utsman ibn Affan, dan Ali ibn Abi Thalib, serta dua cucu beliau Saw, yaitu Al-Hasan ibn Ali dan Al-Husain ibn Ali.
Di beberapa tempat dalam museum ini masih bisa dilihat dengan jelas mosaik-mosaik yang menunjukan bahwa Hagia Shopia dahulunya adalah sebuah gereja katedral. Sebagai contoh, mosaik Yesus kristus sebagai pantrokrator dan mosaik Tuhan Ibunda bersama Tuhan Putera di pangkuannya. Adapula Kaisar Jhon II Comnesus di sebelah kanannya dan Ratu Eirene di sebelah kirinya.
Pembangunan Hagia Sophia dilakukan pertama kali oleh Raja Constantine II pada tahun 325 M dan diresmikan pada 15 februari 360 M. Namun, bangunan ini sirna akibat kebakaran pada tahun 404 M. Sebelas tahun kemudian, Kaisar Theodosius II membangun kembali gereja katedral itu di bawah arahan seorang arsitek yang bernama Rufinos. Namun, gereja katedral itu kembali hancur pada 13-14 januari 532 M akibat pemberontakan Nika.
Setelah pemberontakan berakhir, Kaisar Justinian I memerintahkan pembangunan kembali, kali ini berlangsung selama lima tahun di bawah arahan seorang ahli matematika, Anthemios dari Tralles dan seorang ahli fisika yaitu Isidoros dari Miletus. Pembangunan kali ini mengambil bahan-bahan dari berbagai kawasan kekaisaran. Tiang-tiang bergaya Yunani diangkut dari kuil Artemis di Ephesus. Batu-batu besar didatangkan dari Mesir. Marmer hijau diambil dari Thessalonika. Batu hitam didatangakan dari kawasan Bosphorus. Sementara batu kuning dibawa dari Suriah. Pembangaunan ini melibatkan lebih dari 10 ribu pekerja. Hasilnya, berdirilah gereja yang megah dan diresmikan pada tanggal 27 Desember 573 M.
Dua puluh tahun kemudian, kubah utama Hagia Sophia runtuh karena gempa. Akhirnya, Justinian I memerintahkan saudara sepupu Isidoros dari Miletus, yaitu Isidoros muda, untuk memugar kembali gereja dengan menggunakan bahan-bahan yang lebih ringan. Seiring berjalannya waktu, gereja katedral itu dipugar beberapa kali akibat guncangan gempa.
Constantinople memang termasuk kota yang sering dilanda gempa. Pada saat Constantinople jatuh ke tangan kekaisaran latin (lewat pasukan salib), antara tahun 600-659 H/1204 -1261 M, nyaris semua khazanah Hagia Sophia diangkut ke Eropa barat. Selain itu, gereja yang tadinya katedral agama Kristen Ortodoks menjadi gereja katedral agama Kristen Katolik. Keadaan demikian baru berakhir pada tahun 659 H/1261 M, setelah pasukan Byzantium berhasil merebut kota itu dari tangan pasukan salib.
Pada tahun 857 H/1453 M, kala Dinasti Utsmaniyyah di bawah kepemimpinan Muhammad Al-Fatih berhasil menundukan Constantinople, gereja katedral itu diubah menjadi masjid kerajaan, yang dikenal dengan sebutan Masjid Aya Shofia. Dua menara pertama mulai menghiasi masjid itu pada masa pemerintahan Sultan Bayazid II. Kemudian pada abad ke-16 M, Sultan Sulaiman Agung melengkapi masjid itu dengan lampu gantung raksasa dari Persia.
Ketika Sultan Salim II berkuasa, ia memerintahkan seorang arsitek terkemuka, Sinan Pasya, untuk memugar masjid yang pernah menjadi gereja katedral itu. Di samping dipugar dengan teknik kontruksi antigempa, Masjid Aya Shofia dilengkapi Sinan dengan dua menara baru. Pada saat Sultan Mahmud I berkuasa, ia memerintahkan agar masjid tersebut dilengkapi dengan fasilitas lain berupa madrasah, dapur umum untuk kaum miskin, perpustakaan, tempat wudhu sultan, dan mihrab baru.
Pemugaran selanjutnya dilakukan Sultan Abdul Majid, di bawah arahan dua arsitek berdarah Swiss-Italia, yaitu Gaspare dan Giuseppe Fossati. Pemugaran yang melibatkan 800 pekerja itu berlangsung selama dua tahun, antara tahun 1263-1265/1847-1849 M. Hasilnya, kekuatan kubah utama, tiang-tiang, serta dekorasi dan ornamennya diperbaiki. Selain itu, lampu gantung dari Persia diganti dengan lampu gantung yang baru.
Pada pemugaran tersebut, piringan-piringan raksasa bertuliskan kaligrafi Allah, Muhammad, dan sahabatnya serta cucu nabi mulai menghiasi ruang masjid tersebut. Ketiga menara yang telah ada sebelumnya juga dipugar menjadi menara yang sepadan tingginya. Setelah pemugaran tersebut, Sultan Abdul Majid meresmikannya kembali pada tahun 1256 H/1849 M.
Fungsi Hagia Sophia sebagai masjid berakhir pada 1354 H/1935 M, setelah Turki berubah menjadi Negara Republik dan Ankara sebagai ibu kotanya. Semenjak itu, pada tahun 1355H/1936 M, Hagia Sophia diubah fungsinya dari masjid menjadi museum hingga kini.
Bagi sahabat wisata muslim yang ingin mengunjungi Museum Hagia Sophia, paket umrah plus Turki bisa dijadikan sebagai paket perjalanan ibadah sekaligus wisata. Selain memenuhi ibadah umrah, kita pun bisa berekreasi sambil menelusuri khasanah peradaban Islam di bumi Turki. Selamat berwisata! (Jng/RA)
Video umroh plus turki
Bangunan berukuran 70,3 x 69,5 meter ini termasuk bangunan unik. Bangunan yang kini menjadi museum ini memiliki kubah utama dan dua kubah lain yang berukuran separuh dari kubah utama. Diameter kubah utama antara 31,2 meter dan 30,9 meter. Sementara tinggi kubah utamanya 55 meter dari lantai. Selain itu, museum yang setiap senin ditutup ini memiliki 40 jendela dan lebih dari 20 tiang penyangga. Adapun di luar gedung, museum itu memiliki empat menara tambahan yang ujungnya berbentuk kerucut.
Di ruang utama Hagia Sophia terdapat mimbar tempat khatib berkhutbah. Letak mimbar ini di ujung depan sebelah kanan. Tidak jauh dari situ terdapat bekas mihrab. Dinding mihrab dihiasi kaligrafi, sedangkan di samping kiri ada ruangan shalat khusus sultan.
Sebagian dinding dan lantai bangunan ini berlapis marmer dan batu pualam. Dinding bagian atas dihiasi ornamen, mosaik dan relief bernapaskan agama. Pada atap dalam kubah utama terdapat kaligrafi Al-Qur’an karya Kazaker Izzed Effendi (1216-1294 H/1801-1877 M). Di bagian kubah lain terdapat relief khas peninggalan Dinasti Utsmaniyyah. Pada pojok dinding bagian atas tertempel piringan bertuliskan (dalam bentuk kaligrafi) Allah Swt dan Muhammad Saw. Sementara di pojok lainnya bertuliskan nama para sahabat Nabi Saw, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar ibn Al-Khattab, Utsman ibn Affan, dan Ali ibn Abi Thalib, serta dua cucu beliau Saw, yaitu Al-Hasan ibn Ali dan Al-Husain ibn Ali.
Di beberapa tempat dalam museum ini masih bisa dilihat dengan jelas mosaik-mosaik yang menunjukan bahwa Hagia Shopia dahulunya adalah sebuah gereja katedral. Sebagai contoh, mosaik Yesus kristus sebagai pantrokrator dan mosaik Tuhan Ibunda bersama Tuhan Putera di pangkuannya. Adapula Kaisar Jhon II Comnesus di sebelah kanannya dan Ratu Eirene di sebelah kirinya.
Pembangunan Hagia Sophia dilakukan pertama kali oleh Raja Constantine II pada tahun 325 M dan diresmikan pada 15 februari 360 M. Namun, bangunan ini sirna akibat kebakaran pada tahun 404 M. Sebelas tahun kemudian, Kaisar Theodosius II membangun kembali gereja katedral itu di bawah arahan seorang arsitek yang bernama Rufinos. Namun, gereja katedral itu kembali hancur pada 13-14 januari 532 M akibat pemberontakan Nika.
Setelah pemberontakan berakhir, Kaisar Justinian I memerintahkan pembangunan kembali, kali ini berlangsung selama lima tahun di bawah arahan seorang ahli matematika, Anthemios dari Tralles dan seorang ahli fisika yaitu Isidoros dari Miletus. Pembangunan kali ini mengambil bahan-bahan dari berbagai kawasan kekaisaran. Tiang-tiang bergaya Yunani diangkut dari kuil Artemis di Ephesus. Batu-batu besar didatangkan dari Mesir. Marmer hijau diambil dari Thessalonika. Batu hitam didatangakan dari kawasan Bosphorus. Sementara batu kuning dibawa dari Suriah. Pembangaunan ini melibatkan lebih dari 10 ribu pekerja. Hasilnya, berdirilah gereja yang megah dan diresmikan pada tanggal 27 Desember 573 M.
Dua puluh tahun kemudian, kubah utama Hagia Sophia runtuh karena gempa. Akhirnya, Justinian I memerintahkan saudara sepupu Isidoros dari Miletus, yaitu Isidoros muda, untuk memugar kembali gereja dengan menggunakan bahan-bahan yang lebih ringan. Seiring berjalannya waktu, gereja katedral itu dipugar beberapa kali akibat guncangan gempa.
Constantinople memang termasuk kota yang sering dilanda gempa. Pada saat Constantinople jatuh ke tangan kekaisaran latin (lewat pasukan salib), antara tahun 600-659 H/1204 -1261 M, nyaris semua khazanah Hagia Sophia diangkut ke Eropa barat. Selain itu, gereja yang tadinya katedral agama Kristen Ortodoks menjadi gereja katedral agama Kristen Katolik. Keadaan demikian baru berakhir pada tahun 659 H/1261 M, setelah pasukan Byzantium berhasil merebut kota itu dari tangan pasukan salib.
Pada tahun 857 H/1453 M, kala Dinasti Utsmaniyyah di bawah kepemimpinan Muhammad Al-Fatih berhasil menundukan Constantinople, gereja katedral itu diubah menjadi masjid kerajaan, yang dikenal dengan sebutan Masjid Aya Shofia. Dua menara pertama mulai menghiasi masjid itu pada masa pemerintahan Sultan Bayazid II. Kemudian pada abad ke-16 M, Sultan Sulaiman Agung melengkapi masjid itu dengan lampu gantung raksasa dari Persia.
Ketika Sultan Salim II berkuasa, ia memerintahkan seorang arsitek terkemuka, Sinan Pasya, untuk memugar masjid yang pernah menjadi gereja katedral itu. Di samping dipugar dengan teknik kontruksi antigempa, Masjid Aya Shofia dilengkapi Sinan dengan dua menara baru. Pada saat Sultan Mahmud I berkuasa, ia memerintahkan agar masjid tersebut dilengkapi dengan fasilitas lain berupa madrasah, dapur umum untuk kaum miskin, perpustakaan, tempat wudhu sultan, dan mihrab baru.
Pemugaran selanjutnya dilakukan Sultan Abdul Majid, di bawah arahan dua arsitek berdarah Swiss-Italia, yaitu Gaspare dan Giuseppe Fossati. Pemugaran yang melibatkan 800 pekerja itu berlangsung selama dua tahun, antara tahun 1263-1265/1847-1849 M. Hasilnya, kekuatan kubah utama, tiang-tiang, serta dekorasi dan ornamennya diperbaiki. Selain itu, lampu gantung dari Persia diganti dengan lampu gantung yang baru.
Pada pemugaran tersebut, piringan-piringan raksasa bertuliskan kaligrafi Allah, Muhammad, dan sahabatnya serta cucu nabi mulai menghiasi ruang masjid tersebut. Ketiga menara yang telah ada sebelumnya juga dipugar menjadi menara yang sepadan tingginya. Setelah pemugaran tersebut, Sultan Abdul Majid meresmikannya kembali pada tahun 1256 H/1849 M.
Fungsi Hagia Sophia sebagai masjid berakhir pada 1354 H/1935 M, setelah Turki berubah menjadi Negara Republik dan Ankara sebagai ibu kotanya. Semenjak itu, pada tahun 1355H/1936 M, Hagia Sophia diubah fungsinya dari masjid menjadi museum hingga kini.
Bagi sahabat wisata muslim yang ingin mengunjungi Museum Hagia Sophia, paket umrah plus Turki bisa dijadikan sebagai paket perjalanan ibadah sekaligus wisata. Selain memenuhi ibadah umrah, kita pun bisa berekreasi sambil menelusuri khasanah peradaban Islam di bumi Turki. Selamat berwisata! (Jng/RA)
Judul: Hagia Sophia, dari Gereja, Masjid, hingga Museum
Rating: 10 out of 10 based on 24 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh Unknown
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda...
Rating: 10 out of 10 based on 24 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh Unknown
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda...
0 comments... Baca dulu, baru komentar
Post a Comment